“Nasionalisme” sebuah paham yang semakin
lama semakin sulit dijumpai dalam jiwa anak bangsa. Itulah potret realita
masyarakat Indonesia saat ini. Dengan tanpa malu membangga-banggakan negara
lain. Segala trend-pun diikuti. Mulai dari produk fashion, olah bahasa, sampai
cara berpikirnya. Sedang budaya produk negeri
sendiri dipandang sebelah mata. Budaya negeri dikatakan klasik dan jadul.
Realita ini memang sulit dihindari. Ini
merupakan dampak negatif dari dunia yang semakin mengglobal. Namun, apakah
pantas globalisasi yang harus
dipersalahkan? Semua sepakat menjawab globalisasi tak bersalah, hanya
manusianya yang salah menyikapi. Lantas bagaimana menyikapinya?
Di tengah pasang surut rasa nasionalisme
bangsa, hadir sebuah kisah yang pantas menjadi teladan. Refleksi kisah inilah
yang sekarang sedang mendominasi bioskop-bioskop nusantara. Tak lain dan tak
bukan adalah kisah “Habibie&Ainun”. Kesuksesan yang dicapai di negeri
orang, tak lantas membuat diri buta. Sosok Habibie dan Ainun masih terus
memikirkan, bagaimana perkembangan Bumi Pertiwi. Bahkan beliau rela
meninggalkan pekerjaan yang sedang ditekuni, di kala karirnya memuncak(mendekati
titik kulminasi). Demi membangun proyek negeri yang saat itu belum jelas ke
depannya.
Jiwa-jiwa seperti ini seharusnya tumbuh
dan melekat di hati setiap anak bangsa. Bukan meniru dan membangga-banggakan
bangsa lain. Indonesia butuh semangat jiwa nasionalisme. Proyek pembangunan
negeri masih panjang. Semuanya tidak akan terealisasi tanpa rasa nasionalisme
tinggi. Dengan nasionalisme kita akan mampu mewujudkan cita-cita Bangsa
Indonesia. Cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai yang tertera di
Pembukaan UUD 1945. Semoga. Wallahu a’lam
bi al-shawaab.
1 komentar:
min... kunjungi blog ku jga ya.... ditunggu..
http://indananurlela.blogspot.com/
Posting Komentar